“Kulari ke hutan kemudian menyanyiku, kulari ke pantai kemudian teriakku,” tulis Rangga, yang kemudian dinyanyikan oleh Cinta dalam salah satu film terbaik Indonesia, Ada Apa Dengan Cinta.
Apa jadinya nyanyian Rangga jika ia tidak menemukan hutan karena tak ada seorang pun yang menjaga kelestarian hutan?
Terkadang memang hal sederhana yang tak diduga dapat menyebabkan kerusakan. Seperti problem yang disebabkan oleh jamur ganoderma ternyata tidak bisa dianggap sepele oleh industri perkebunan. Jamur jenis ini menyebabkan penyakit akar merah dan menimbulkan kerusakan hingga kematian tanaman perkebunan dan kehutanan. Akibatnya nilai ekonomis tanaman akan menurun.
Kerusakan yang disebabkan oleh jamur ganoderma ternyata sangat besar. Menurut data dari Universitas Gadjah Mada (UGM), kerusakan hutan tanaman industri di Sumatera yang terdiri dari pohon akasia dan kelapa sawit akibat jamur ganoderma telah mencapai tiga hingga 26 persen. Jumlah itu bisa bertambah besar jika terus dibiarkan begitu saja.
Maka, ketika ada pihak yang serius memerangi jamur ganoderma, Tanoto Foundation tidak ragu untuk mendukung. Salah satunya yang dilakukan oleh peneliti asal Universitas Gadjah Mada Indonesia, Prof. Dr. Ir. SM. Widyastuti, M.Sc. Sejak tahun 2002, ia konsisten meneliti penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur ganoderma.
Yayasan yang didirikan oleh keluarga Sukanto Tanoto mendukung langkah Widyastuti dengan memberikan Tanoto Professorship Award, sebagai salah satu jenis dukungan Tanoto Foundation kepada para peneliti yang melakukan riset bermanfaat bagi masyarakat.
Selama ini, harus diakui, jumlah riset di negeri kita sangat minim. Padahal, jumlah penelitian berbanding lurus dengan kemajuan sebuah bangsa. "Sayangnya iklim penelitian di Indonesia kurang kondusif. Tanoto Professorship Award merupakan cara kami meningkatkan penelitian di Indonesia," ujar Ketua Pengurus Tanoto Foundation, Sihol Aritonang.
Secara khusus, kegiatan Tanoto Foundation mengucurkan dana sebesar Rp1,2 miliar untuk mendukung penelitian yang dilakukan Widyastuti. Hasilnya, Widyastuti menemukan langkah jitu untuk mengurangi risiko penyakit akar merah akibat jamur ganoderma.
Widyastuti melakukan “perang jamur” dengan sistem pengendalian hayati, yaitu dengan menggunakan jamur trichoderma untuk melawan ganoderma.
"Trichoderma bersifat parasit dan antagonis bagi jamur tanah lain seperti ganoderma. Jadi, trichoderma akan menyerap zat makanan dari ganoderma dan menghambat pertumbuhannya pada pohon yang dijangkitinya," ucap Widyastuti.
Selain rutin memberikan beasiswa Tanoto Foundation, Tanoto Foundation juga turut mengembangkan semangat penelitian di Indonesia, termasuk penelitian untuk pengelolaan hutan yang telah dilakukan oleh Widyastuti.
0 Komentar