Image Source: Aprilasia.com | http://www.aprilasia.com/id/our-media/galeri-media |
Dalam
industri pulp dan kertas di Indonesia, posisi APRIL Paper cukup terpandang. Mereka termasuk sebagai salah satu
produsen terbesar. Semua itu tak lepas dari kemampuan suplai bahan baku yang
konsisten dari APRIL Pulp.
APRIL Indonesia dikenal mempunyai
kapasitas produksi yang tinggi. Setiap tahun, mereka mampu menghasilkan pulp
hingga 2,8 juta ton. Hal itu masih ditambah dengan produksi kertas sebesar 850
ribu ton dalam waktu yang sama.
Akan tetapi,
melihat asal bahan baku berupa kayu, APRIL Paper makin pantas mendapat apresiasi. Perusahaan yang berbasis di Pangkalan
Kerinci, Riau, ini tidak memperolehnya dari hutan alam. Dengan tekun, mereka
mengelola perkebunan sendiri untuk memenuni kebutuhan fibernya.
Sampai
sekarang, APRIL Pulp tercatat
memiliki perkebunan seluas 476 ribu hektare. Di sana mereka menanam pohon
akasia yang menjadi bahan baku pulp dan kertas. Pengelolaannya diserahkan ke
unit operasionalnya, PT Riau Andalan Pulp & Paper.
Pada
praktiknya, RAPP akhirnya bekerja sama dengan 40 mitra pemasok jangka panjang
dalam pengelolaan perkebunan. Hal itu membuahkan suplai bahan baku yang
diperlukan untuk membuat pulp dan kertas.
Dari situ mereka mampu memenuhi
sekitar 79 persen kebutuhan fibernya. Adapun sisa keperluan didapatkan dari
para mitra pemasok jangka pendek. Mereka berasal dari berbagai kawasan Sumatera
lain, Kalimantan, serta Malaysia.
Putusan APRIL Paper dalam mendapatkan fiber
dari perkebunan sendiri tentu berdampak positif. Kelestarian hutan terus
terjaga. Namun, ternyata bukan itu saja dampak plus dari langkah APRIL. Perusahaan yang berdiri sejak
1993 itu juga mampu menyerap banyak tenaga kerja berkat pengelolaan
perkebunannya yang mandiri.
Dalam
mengelola perkebunan terdapat banyak kegiatan yang dijalankan. Berbagai hal
seperti pembibitan, penanaman, perawatan, pemanenan, hingga pengangkutan hasil
panen dilakukan. Semua itu membuka lapangan kerja bagi khalayak.
Saat ini, APRIL Pulp memiliki pusat pembibitan
di Pangkalan Kerinci, Baserah, Pelalawan, serta beberapa satelite nursery di berbagai wilayah. Keberadaan mereka sejalan
dengan misi APRIL untuk menghasilkan
200 juta bibit per tahun.
Supaya bibit
dapat dihasilkan terdapat sejumlah tanaman induk. Di pusat pembibitan Pangkalan
Kerinci terdapat 1,2 juta pohon induk. Sedangkan di Baserah dan Pelalawan
masing-masing memiliki 800 pohon induk. Akibatnya jika ditotal, APRIL Paper memiliki 2,8 juta pohon
induk untuk pembibitan akasia crassicarpa,
akasia mangium, dan eukaliptus.
Proses
pekerjaan itu menyerap banyak tenaga kerja. Belum lagi terkait proses penanaman
dan perawatan tanaman. Semakin banyak pula karyawan yang diserap oleh APRIL Paper.
Rata-rata
pekerjaan perkebunan ini menyerap sembilan ribu karyawan. Jumlahnya bisa
bertambah banyak ketika musim panen tiba. Maklum saja terdapat sejumlah
pekerjaan tambahan yang dijalankan pada momen tersebut. Hal itu dimulai dari
proses pemotongan, pengolahan kayu, hingga pengangkutannya.
Ketika musim
pemanenan tiba, perkebunan APRIL Paper bisa membuka lapangan kerja untuk sekitar 13 ribu orang, bertambah empat
ribu orang dibandingkan periode nonpanen.
Namun,
jumlah pekerja yang dihasilkan bisa membengkak ketika lapangan kerja tak
langsung ikut dihitung. Data dari Kompas
menyebutkan terdapat sejumlah kontraktor yang menjadi mitra APRIL ikut terlibat dalam sektor
perkebunan. Mereka membuka kesempatan bekerja bagi 10.200 orang.
Tak heran,
peran APRIL Asia dalam perekonomian
di Riau cukup besar. Berdasarkan data dari Unit Penelitian Ekonomi dan Sosial
Universitas Indonesia, sekitar 6,9 persen ekonomi Riau berasal dari APRIL Indonesia. Hal itu masuk akal
melihat fakta bahwa sekitar 5,4 persen pendapatan rumah tangga di sana berasal
dari APRIL.
Bahkan,
kalau diperluas, APRIL membuka
kesempatan kerja tidak langsung bagi sekian banyak orang. Ada 11.200 mitra
kontraktor yang bekerja sama dengan mereka. Tentu saja, para partner kerja
tersebut memiliki karyawan yang bekerja di sana.
PENGELOLAAN HUTAN LESTARI
Image Source: Aprilasia.com
http://www.aprilasia.com/id/images/fwmedias/nursery-02.jpg
|
Dalam
mengelola perkebunan, APRIL Paper
memegang prinsip pengelolaan hutan lestari. Hal itu resmi dimulai pada 2015
ketika mereka menjalankan Sustainable
Forest Management Policy (SFMP) 2.0 dengan beberapa tambahan indikator.
Langkah itu merupakan komitmen dari APRIL Indonesia untuk melakukan
perlindungan alam. Mencanangkan SFMP berarti memberi kepastian bahwa semua
bahan baku tidak terkait dengan praktik deforestasi sama sekali. Tidak ada kayu
yang berasal dari tindakan ilegal seperti penebangan liar atau penggundulan
hutan.
Berbarengan
dengan pencanangan SFMP, APRIL Pulp
juga melakukan upaya konservasi. Secara khusus perlindungan dijalankan di area
hutan yang bernilai tinggi. Luasnya bahkan mencapai hampir separuh luas lahan
konsesi APRIL.
Patut
diketahui, APRIL mempunyai lahan konsesi seluas 1 juta hektare. Namun, dari
semuanya hanya 480 ribu yang digunakan untuk produksi. Sisa lahannya malah
dipergunakan untuk perlindungan, dimanfaatkan oleh masyarakat, infrastruktur,
serta area yang secara sukarela disisihkan untuk dukungan program konservasi
dan restorasi ekosistem di Riau.
Kebijakan
yang dijalankan oleh APRIL Paper
malah lebih tinggi dibanding aturan. Sejatinya pemerintah hanya mengharuskan 30
persen dari lahan konsesi diperuntukkan untuk konservasi dan keperluan publik. APRIL justru menyiapkan 50 persen
lahannya untuk hal tersebut.
Terkait
pengelolaan hutan produksi, APRIL Asia
menjamin sistem pertanian berkelanjutan dilakukan di perkebunannya. Hal itu
sudah dilakukan di semua lahannya termasuk di hutan tanaman terbarukan generasi
ketiga dan keempat, yang ditanam pertama kali pada tahun 1993.
Pengelolaan
hutan lestari juga mewajibkan perusahaan untuk menjaga sumber bahan baku dari
mitra pemasok. Mereka diberi keharusan untuk mampu menunjukkan bahwa semua kayu
berasal dari sumber yang legal dan mematuhi peraturan dan bersertifikat.
Oleh sebab itu,
para mitra pemasok wajib menjalani audit keberlanjutan. Mereka diharuskan
mendapatkan sertifikat yang memperlihatkan perkebunan ramah lingkungan. Hal itu
masih ditambah dengan jaminan tidak ada kayu yang diperoleh dari penebangan
liar di hutan atau berasal dari kawasan perkebunan yang dibuka dengan
pembakaran.
Untuk
menjaga suplai bahan baku tetap konsisten, perkebunan memang harus
dimaksimalkan. Terkait hal tersebut,
APRIL Paper memanfaatkan keberadaan tim Research
& Development (R&D) miliknya. Mereka terus melakukan sejumlah
penelitian untuk memaksimalkan hasil panen supaya lebih baik.
Tim R&D APRIL akhirnya melakukan rekayasa
genetika untuk menghasilkan bibit terbaik. Tujuannya agar menghasilkan bibit
unggul yang mendukung upaya peningkatan hasil produksi hutan tanaman.
Pencapaian
yang diraih patut dibanggakan. Sebagai contoh, pada 1996, setiap hektare area
yang ditanami akasia hanya menghasilkan kayu sebanyak 22 meter kubik. Namun,
per 2010, jumlahnya telah meningkat pesat menjadi 32 meter kubik dalam luas
lahan yang sama.
Kendati
begitu, APRIL Paper masih menilai tetap ada peluang
untuk meningkatkan hasil panen. Alhasil, tim R&D menargetkan ada
peningkatan panenan hingga 35m3 per hektare pada tahun 2020.
Langkah yang
dijalankan oleh APRIL Paper ini
mampu membuat operasional produksinya ramah terhadap lingkungan. Selain itu,
mereka mampu memberi manfaat kepada khalayak dengan membuka lapangan kerja
sebanyak mungkin.
0 Komentar